Rabu, 26 Maret 2014

bukan pelesiran biasa


Bukan plesiran biasa



HONG KONG merupakan koloni Britania, setelah Perang Opium pada abad ke-19. Pada masa lalu, sekitar abad 16, Hong Kong juga kerap disebut-sebut sebagai kerajaan penyamun. Kata Hong Kong berasal dari kata ‘heung’ yang berarti pelabuhan dan ‘kong’ adalah harum, “pelabuhan harum”. Orang-orang Kanton biasa menyebut dengan istilah ‘heung gong’ yang berarti “pelabuhan semerbak”.

Kini setelah memasuki zaman millenium, Hong Kong berubah sibuk; menjadi pusat keuangan, perdagangan, pariwisata, logistik dan pelayaran internasional. Seperti halnya Jepang dan negara-negara maju lainnya di dunia. Pesona Hong Kong pada malam lampu-lampu berkelip di seluruh kota. Sangat cantik.

Harry, tour guide kami mengatakan, bahwa di Hong Kong semua harus bekerja keras, karena beaya hidup sangat tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi tak bisa hanya mengandalkan suami, juga sebaliknya istri. Maka di Hong Kong sangat jarang ditemukan pengemis dan preman. Hampir rata-rata penduduk Hong Kong adalah pekerja keras. Mereka taat aturan juga sadar hukum. Itulah mengapa Hong Kong sekarang menjadi kota yang bersih, teratur dan indah.

Berbeda di Macau. Warga Kota Seribu Kasino ini justru mendapat perhatian lebih dari pemerintahnya. Selain mendapat uang santunan hidup tiap bulan dari hasil keuntungan Kasino; pemerintahnya juga membeayai dan mewajibkan anak-anak bersekolah. Jika terdapat anak-anak malas sekolah, mereka akan didatangi dan diminta bersekolah. Pun begitu penduduk Macau tak lantas jadi pemalas dengan mengandalkan uang santunan dari pemerintahnya. Anehnya di Macau, saya tidak melihat penduduknya murah senyum. Justru yang terlihat banyak orang-orang tua yang masih bekerja. Mereka juga terlihat baik-baik saja.

Lagi-lagi yang membuat saya heran plus kagum pada pemerintah Macau, masyarakat di sana hanya mengeluarkan uang $100−jika dirupiahkan setara dengan 150.000 rupiah−perhari ketika harus berurusan dengan pihak rumah sakit. Apapun keluhannya, bahkan ketika harus dioperasi, dirawat di ICU; atau bahkan kemo therapy, mereka tidak dibeban-pusingkan soal beaya. Ini karena berapapun sisa pembayarannya ditanggung oleh pemerintah.

Ini perjalanan tak terlupakan. Meski hanya beberapa hari di Hongkong dan Macau, namun wawasan yang saya dapat begitu berharga. Saya bangga bersama Combiphar dan mendapat perhatian  penghargaan atas kerja saya. Melalui Program Trip Reward pengalaman juga pengetahuan makin bertambah. dan yang membuat saya lebih berbahagia, dapat bertemu lagi dengan teman lama dari Combiphar yang sempat keluar dan kini bergabung kembali di Combiphar. Selain itu punya banyak kawan baru dari divisi dan cabang lain. Kami saling berbagi cerita gembira, pun mengukir kenangan indah tentang perjalanan yang berkesan sangat ini.

“Award are good but rewards are better”, Santosh Kalwar.

By. Dwi Andari
Penulis adalah Star Employee 2013

Award are good but Rewards are better.
HongKong – Macau Trip Reward Combiphar 9-13 Maret 2014.






###....###....###

Selasa kedua di bulan ketiga
semi masih hembuskan sisa dingin
dalam dekapan ketat angin
empat lima menit rasa seabad

arungi liuk riak ombak yang menghijau
hutan beton Hongkong mulai tertinggal
dalam selimut kabut siang
kapal-kapal indah laksana lukisan

erat, kubersedekap
coba berdamai dengan gigil
aneh, hati terasa hangat
pun ribuan anganan imaji meng_asa

ah sobat, andai kalian di sini
temaniku nikmati perjalanan ini
mengukir cerita dalam tawa canda
seperti biasa kita di Jakarta…


Dak, 11.3.2014
Menuju Makau

Dedicate to Ajenk, Wati, Cia, Janah, Mira, & mba Sur
@next trip reward combi, berharap kalian bisa pergi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar