Bukan plesiran biasa
HONG KONG merupakan
koloni Britania, setelah Perang Opium pada abad ke-19. Pada masa lalu, sekitar
abad 16, Hong Kong juga kerap disebut-sebut sebagai kerajaan penyamun. Kata
Hong Kong berasal dari kata ‘heung’
yang berarti pelabuhan dan ‘kong’
adalah harum, “pelabuhan harum”. Orang-orang Kanton biasa menyebut dengan
istilah ‘heung gong’ yang berarti
“pelabuhan semerbak”.
Kini setelah memasuki
zaman millenium, Hong Kong berubah sibuk; menjadi pusat keuangan, perdagangan,
pariwisata, logistik dan pelayaran internasional. Seperti halnya Jepang dan
negara-negara maju lainnya di dunia. Pesona Hong Kong pada malam lampu-lampu
berkelip di seluruh kota. Sangat cantik.
Harry, tour guide kami mengatakan, bahwa di
Hong Kong semua harus bekerja keras, karena beaya hidup sangat tinggi. Untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi tak bisa hanya mengandalkan suami, juga sebaliknya
istri. Maka di Hong Kong sangat jarang ditemukan pengemis dan preman. Hampir
rata-rata penduduk Hong Kong adalah pekerja keras. Mereka taat aturan juga
sadar hukum. Itulah mengapa Hong Kong sekarang menjadi kota yang bersih,
teratur dan indah.
Berbeda di Macau.
Warga Kota Seribu Kasino ini justru mendapat perhatian lebih dari
pemerintahnya. Selain mendapat uang santunan hidup tiap bulan dari hasil
keuntungan Kasino; pemerintahnya juga membeayai dan mewajibkan anak-anak
bersekolah. Jika terdapat anak-anak malas sekolah, mereka akan didatangi dan
diminta bersekolah. Pun begitu penduduk Macau tak lantas jadi pemalas dengan mengandalkan
uang santunan dari pemerintahnya. Anehnya di Macau, saya tidak melihat
penduduknya murah senyum. Justru yang terlihat banyak orang-orang
tua yang masih bekerja. Mereka juga terlihat baik-baik saja.
Lagi-lagi yang membuat
saya heran plus kagum pada pemerintah Macau, masyarakat di sana
hanya mengeluarkan uang $100−jika dirupiahkan setara dengan 150.000
rupiah−perhari ketika harus berurusan dengan pihak rumah sakit. Apapun
keluhannya, bahkan ketika harus dioperasi, dirawat di ICU;
atau bahkan kemo therapy, mereka tidak dibeban-pusingkan soal
beaya. Ini karena berapapun sisa pembayarannya ditanggung oleh
pemerintah.
Ini perjalanan tak
terlupakan. Meski hanya beberapa hari di Hongkong dan Macau, namun wawasan yang
saya dapat begitu berharga. Saya bangga bersama Combiphar dan mendapat perhatian penghargaan
atas kerja saya.
Melalui Program Trip Reward pengalaman juga pengetahuan
makin bertambah. dan yang membuat saya lebih berbahagia,
dapat bertemu lagi dengan teman lama dari Combiphar
yang sempat keluar dan kini bergabung kembali di
Combiphar. Selain itu punya banyak kawan baru dari divisi dan cabang lain. Kami saling berbagi cerita gembira, pun mengukir kenangan indah tentang perjalanan yang berkesan sangat
ini.
“Award
are good but rewards are better”, Santosh Kalwar.
By. Dwi Andari
Penulis adalah Star
Employee 2013
Award are good but Rewards are better.
HongKong – Macau Trip
Reward Combiphar 9-13 Maret 2014.
###....###....###
Selasa kedua di bulan
ketiga
semi masih hembuskan
sisa dingin
dalam dekapan ketat
angin
empat lima menit rasa
seabad
arungi liuk riak
ombak yang menghijau
hutan beton Hongkong
mulai tertinggal
dalam selimut kabut
siang
kapal-kapal indah
laksana lukisan
erat, kubersedekap
coba berdamai dengan
gigil
aneh, hati terasa
hangat
pun ribuan anganan
imaji meng_asa
ah sobat, andai
kalian di sini
temaniku nikmati
perjalanan ini
mengukir cerita dalam
tawa canda
seperti biasa kita di
Jakarta…
Dak, 11.3.2014
Menuju Makau
Dedicate
to
Ajenk, Wati, Cia, Janah, Mira, & mba Sur
@next trip reward combi, berharap kalian bisa pergi.