Selasa terakhir dibulan Juni, matahari hangat bersahabat. Tak ada terburu-buru pagi ini karena liburan sekolah sudah mulai, jadi jalan-jalan agak lenggang. Sainganku tuk beroleh tempat duduk didalam metro mini lumayan banyak berkurang hehehe
diperempatan ada dua bahkan tiga metro mini yang ngetem menunggu calon penumpang, duhh benar-benar surga dech kalau anak sekolah libur. Biasanya akulah yang ngetem diperempatan menunggu bis datang pun masih pakai acara lari mengejar bis berebutan naik dengan para penumpang lainnya.
Pagi ini aku punya kesempatan yang bisa dibilang langka yaitu memilih tempat dudukku sendiri, gak seperti biasanya yang sedapet bangku kosong pun dengan perjuangan yang tak terkatakanlah!
Kupilih bangku disamping jendela dua baris tepat dibelakang bapak sopir. Semua berjalan baik, bis melaju berjalan perlahan tapi pasti gak ngebut tapi gak juga keong (lambat) meski berpenumpang baru 50% menempati bangku-bangku yang tersedia.
nah yang aku suka dari metro mini ya ini, mereka gak betah ngetem lama buat memenuhi kuota penumpang, gak seperti angkot kecil yang bisabisanya ngetem setengah sampe satu jam'an ngejedok dipinggir jalan sesuka hati mereka. Gak perduli pada kepentingan penumpang yang mungkin saja kesiangan atau buru-buru ada janji atau apalah lainnya. Sopir-sopir angkot kecil ini memang banyak memutar balikkan pendapat yang umum, misanya "pelanggan adalah raja" diubah jadi "sopir yang raja, penumpang ikut aja"
pun gak punya pendirian, kadang paham "alon-alon asal kelakon" gak diberlakukan kalau ada saingan didepannya (kebut-kebutan yg membahayakan penumpang), tapi kadang malah dijunjung tinggi alias pake paham "biar lambat asal selamat" yg diubahnya jadi "biar lambat yg penting bangku penuh ga ada yang nganggur"...hedew
balik kecerita selasa pagiku, bis baru berjalan kurang lebih 5 menit saat seorang wanita muda naik dan mengambil tempat duduk disampingku. Begitu duduk dia langsung mengeluarkan HPnya dan... Ya Tuhan, dia langsung nge’gas bernyanyi. Suaranya gak begitu jelas karena bersaing dengan berisik suara mesin metro mini. Aku melirik takut, duhh pudar langsung senyum dipipiku yang kutebar sejak langkah pertama keluar pagar rumah.
Penumpang lainnya seperti tak peduli, akupun bersikap begitu meski jujur aku takut dan waswas.
Pelan-pelan rasa kuatirku sedikit memudar hilang. Bahkan aku mulai berani meliriknya, memperhatikannya, mengamatinya.
Wanita ini masih muda, berpakaian sederhana dan wajar terlihat mata kecuali sikapnya yang terus menyanyi tanpa jeda. Kuperkirakan usianya 23-25 tahunan, dia memegang terus HPnya dengan erat dan bergaya seolah asik mendengarkan musik dari HPnya itu, padahal tak ada suara yang keluar dari HP tsb pun dia tidak mengenakan head set di telingannya.
Dengan cueknya dia terus bernyanyi yang dalam sangkaanku dengan caranya sendiri dia mengikuti lagu yg didengarnya sendiri itu pula. Tanpa peduli apakah ada yg terganggu oleh suaranya atau tidak, jelas dia juga gak peduli denganku yg duduk agak mengkerut, sedikit masih takut dan hindari gerak badannya yang kadang nyenggol keras lenganku.
Hey hey heyyy...orang yang gak normal itu buatku jauh lebih mengerikan dari pada yang normal. Yang mengerikan dari mereka adalah, mereka bisa saja memukul, menyakiti bahkan sampai membunuh tanda ada sangsi hukumnya (karena keadaan kejiwaan mereka), bahkan kalau kita membalasnya kitalah yang kena sangsi hukum keras.
Itu mengapa aku takut berdekatan dengan mereka yang maaf gak genap otaknya.
macet...
meski anak-anak sekolah sudah libur tapi kemacetan di Ibukota tetap jalan ( upps salah lagi, berhenti ding kendaraannya hehehe), gak heranlah karena orang Jakarta meski katanya banyak yang miskin tapi banyak juga yang memiliki mobil pribadi lebih dari tiga! ngeriiiii..upss maksudku Iriiiiiiiiii..hehehehe
dan macet bikin suara si embak yang duduk disampingku lumayan menjelas, pun lumayan bikin pening ini kepala.
"aku terluka Tuhan, perih merana..dengarkanlah hatiku"
syair ini terus diulang-ulangnya, dengan intonasi dan nada berantakan alias gak konsisten. sumpah jujur aku baru dengar ada lagu model begini..dibilang pop bukan, danggut diragukan pun zass?..jauh banget.
rasanya ingin kututup telinga rapat-rapat, tapi anehnya aku jaga juga perasaan si embak ini ( hmm..jangan-jangan aku ikutan gak genap ya hehehe )
mau gak mau kuperhatikan lagi tingkahnya, kulihat sekilas wajahnya lumayan. meski gak bisa dibilang cantik tapi gak juga masuk kategori jelek, secara wajahnya terawat dan si embak ini hitam manis pula, yang membuatnya agak gak enak dilihat adalah rambut yang gak tersisir pun dikuncir asal pakai karet sayur.
Ahh, jadi jatuh iba alias prihatin aku. semuda ini se energik ini tapi mengalami "gangguan".
Satu hal yang membuatku agak terkejut ialah ketika dia dengan sopan membayar ongkos bis saat pak kenek memintanya, berarti "kerusakannya" gak parah nich si embak dan masih bisa diperbaiki, kataku membatin (padahal aku sudah siap-siap uang lebih untuk sekedar membayar ongkos bisnya)
ahh, semoga keluarganya menyadari "keanehan" tingkahlakunya dan sesegera mungkin membawanya ke ahli jiwa atau psikiater pun boleh ke”orang pinter” buat menyembuhkan retakan diotaknya. ( duhh kenapa jadi sok tau gue ya )
pokoknya aku berharap wanita muda ini kembali normal.
Hari ini, Selasa terakhir dibulan Juni...
untuk pertama kalinya dalam hidup aku menyadari kekuatan jiwaku dalam menghadapi banyak ujian berat selama ini, sungguh bersyukur aku tidak sampai "retak" apalagi "rengat terbelah" didera masalah hidup.
Tuhan, terima kasih...
Dak, 25 Juni 2013